Senin, 06 Desember 2010

Aku Sebatang Rokok

Nyala api dari korek api menyulut ujung sebatang rokok sebentar
membekas merah sebentuk bara berpendar
mula hidup dari yang mati


Hisap,
Biar bara tetap nyala
Hisap,
Biar asap tetap ngepul


setiap hisap, tembakau membara
Menyedikitkan usia
Setiap hisap, bara mengabu
membanyakkan cerita


Aku dan rokok satu laku membakar waktu, menorehkan cerita


(19 Agustus 2010)

Lha ? Njok ngopo ? Ora po-po jane. Lha ?

"kita berdua hanya saling bercerita, tak perlu memuji" begitu lirik sebuah lagu yang menginspirasi dan mengawali catatan ini

Saling bercerita, cerita tentang apa saja, dulu, kini tidak lagi, meski aku masih ingin berbagi cerita, kini dan nanti. Mungkin kamu sudah bosan membaca ceritaku, sehingga kamu tidak mau bertanya lagi, , ,bertanya ? Menyapa pun tidak lagi. . .atau kamu mau bercerita ? Ah tidak juga, selama ini kamu lebih banyak membaca daripada menulis cerita. . .bercerita ? Aku bertanya saja, kamu tak menjawab. . .bertanya ? Aku sapa saja, kau memalingkan muka, , ,dengan diam kau tutup cerita. . .tapi, terima kasih sudah pernah mau berbagi, meski tidak lagi

(28 Juli 2010)

Romantika Kereta

Ahahay. . .naik kereta dua kali dalam sehari setelah sekian lama
Tak perlu berlama-lama
pandangan mengembang begitu saja
bahkan untuk menarik pemicunya pun tak lagi sempat
ya, mengembang dan mengembang tiba-tiba
Mengamati deru nafas bergelimangan,
Mata belalang telanjang lalu lalang terlihat tak tenang
Mencari ranjang untuk telentang
Hmmm. . .Strategi kesendirian berserakan
gerilya kemapanan individual jelas terlihat di keramaian
sedang debu-debu jejak langkah masih saja terabaikan


'mas karcisnya', kata kondektur kereta
Sepi pergi karenanya
Dasar cecurut kereta setengah baya
Mengganggu lamunan senja
berfokus fatamorgana seorang wanita
diluar kaca jendela


Kuulungkan karcis seharga delapan ribu rupiah padanya
Eh, hanya dilubangi terus pergi
tanpa patah kata ketiga dari mulutnya
Tapi mau apalagi, memang itu tugas yang diemban itu orang
untuk melanjutkan hidup diluar gerbong kereta, muda tapi tua
Ah. . . Memang, dasar cecurut kereta setengah baya


Hmm. . .biarlah, memang selalu seperti itu
Romantika kereta jurusan jogja-solo-jogja
Ya, seperti biasa, selalu biasa. . .


( seko draft, asline mboh kapan, sik jelas kurang gawean, dadi ra nyambung, jan e merga ra oleh lungguhan terus nyalahke liyane we, ra urus tenan,hahaha)
(26 Juli 2010)

Kunjungan Spontan

Bagian satu:


Gerimis, sambutan selamat datang negeri di atas awan
Gairah mengalah, bersikap ramah tamah
Menumbuhkan keterasingan kehidupan urban
Gerah pemicu resah, melemah tak bergairah
Membangunkan kerinduan akan tanah kelahiran
Daerah basah, memusnah


Benih-benih hawa dingin sejuk menyegarkan
Tumbuh alami silih berganti
Kabut putih selimut negeri
Turun perlahan, pertanda kedalaman di balik penampilan


Bagian dua:


Daerah pedesaan berwajah merona
Memesona para tersangka penggila harta
Untuk menyusun strategi komersialisasi
Dengan dalih membuat lestari
Atau memperkenalkan ke seluruh negeri
Padahal memperkaya diri
Hampir pasti, eksploitasi yang terjadi
Eksplorasi sembarangan berkepanjangan
Hingga hanya menyisakan kegerahan
Memendam dalam masa depan di kuburan kenangan
Di kedalaman yang sering terlupakan

Hidangan Lamunan

Di rentang perpanjangan malam,
Murung merenung,
Menerawang awang-awang, gamang
Memandangi kabut mimpi menurun dengan
kecepatan meningkat cepat
Jauh menjauh
Dekat mendekat
Lepas batas
Mengikat erat
Memerangkap diri di dimensi mimpi
Dimensi idaman penuh kenikmatan


Seiring kabut membatas pandang
Sesosok mimpi menari-nari, menghampiri
Berbingkai pakaian putih transparan
yang bawah dibelah hingga selangkangan,
yang atas dilepas letupkan sembulan buah dada,
Memikat terpikat
Daya upaya untuk lari terpedaya dan tak berdaya


Diri tak sadari mengawali
Mengulum bibir seksi mimpi yang mungil
saling membuka, meraba, menikmati lekuk tubuh telanjang
Bersetubuh, bersenyawa berkelenjotan, keranjingan
sampai orgasme lupa
melupa untuk menyata
menyata sekadar ingat dan jeda
Seperti iklan hanya selingan dilupakan


(05 Juli 2010)

Pemalu yang lugu

Pemalu yang lugu,
Malu lalu
Lalu berlalu
Lalu membaru
Lalu berlalu
Lalu membaru
Lalu begitu selalu


Pemalu yang lugu,
Begitu pemalu lalu,
Lalu membaru agar tak malu
Lalu, lalu yang lain tak diperkenankannya membaru
Lalu ada yang baru
Lalu, lalu yang lain dibiarkannya lalu
Lalu, lalulah baru
Lalu, lalu yang lain semakin berlalu
Lalu, setiap lalu berlalu - membaru
begitu selalu


Pemalu yang lugu,
Lugunya, lugu tak mau tau
Terus membaru, melaju begitu lugu
Lugunya bukan tak pernah berlalu
yang kini, lugu saat ini
yang dulu, lugu saat itu
Tapi sama lugu


Pemalu yang lugu,
Lalu berlalu,
Lalu membaru,
dengan lugu baru,
begitu selalu ; malu malu-malu lalu




--rumah belakang, sendiri, menyendiri, sepi, menyepi, lamunan teman berbagi--


--selamat menua di waktu memuda--


-- "murung itu sungguh indah, melambatkan butir darah" (play - melankolia : efek rumah kaca)-- 02:04


(02 Juli 2010)

Begini, Begini "Bodoh"

Aku bilang begini,
Kamu bilang begini,
Aku tanya,"seperti ini ?"
Kamu jawab,"ya, seperti ini"
Aku menegaskan,"sama, bodoh"
Kamu memaki,"begini dan begini tidak sama, bodoh"
Hmmm. . .Aku begini untuk ini, kamu begini untuk itu,
Kita berbeda pendapat, tapi tetap melakukan hal sama bersama-sama, , ,Bodoh


(01 April 2010)

Hibernasi sinar matahari

Insomnia buatan tadi malam
Menyungkurkanku diatas ranjang keletihan
Alunan melodi kesendirian dan kesepian mulai mengudeta keramaian
Semakin pelan melodi semakin menelan kesadaran
Melodi Elegi mimpi semakin percaya diri


Lewat sudah,matahari minggu
Ya, Lewat sudah
Cahayanya terhabisi tikaman malam secara diam-diam
Menyadarkan sorot mata temaram dengan ketersiaan minggu siang


(20 Desember 2009)

Gradasi Warna Langit Senja

Siang, congkak sekali kamu
hawa panas peliharaanmu membara tak kira-kira
Sedikit saja tak hiraukan mata air keringat yang memancar deras dalam dudukku
Menghabisi cairan kebutuhan tubuh
Menguras cadangannya pula
Setetes masuk, memedihkan mata, membelalakkan luka


Siang, benar-benar datar dan konstan mosi
Menatap layar dan konsen posisi
Sejenak menghela panas diluar prediksi pagi
bersama Become A Lagend mempercepat waktu dalam asumsi
Minggatnya pun terealisasi
Lumayan, meredakan radang karya sang siang


Gradasi warna langit senja penuh presisi
Mencuri gol dari kemelut dimuka gawang
Mencopet recehan untuk burjo depan kos teman
Ahahay, , ,seplastik es vanilla latte manis manja.asap sebatang djarum.sedikit irama melankolia
Komposisi tepat untuk gradasi warna pemangsa hawa


(catatan berantakan dengan komposisi kata semaunya, koherensi awut-awutan, jelas maknanya juga sembarangan, di kosan teman,cobal namanya,di daerah klebengan,diwaktu sore beberapa hari yang lalu, yang sebelum sore itu menjadi masa depan tak terduga dan kini menjadi kenangan)


(18 Desember 2009)

ra cetho

tidur, bermimpi tidur
bangunlah jika kamu ingin bangun, tapi cukup bangun dari mimpi tidurku,
tak lebih
dan jangan lupa menutup mata untuk tidurmu dalam mimpi tidurku


seiring moksamu dalam mimpi tepi hari nanti,
bangunkan aku dengan sakau akan kopi,
agar bisa kumasuki lorong waktu masa lalu,
meski imajinasi pewujud mimpi sedang pergi dan belum kembali


(14 Desember 2009)

Sakau-Itu-Waktu

Sakau kopi dini hari menggasak mimpi ditepi waktu
Teganya menggorok leher yang lagi
menggauli bantal pinjaman gratisan
Ya, meski gratisan katanya dijamin halal
Mau bukti ? Ini ada tulisan halal seperti dibungkus makanan


Ah,Banjir dahak memangkas siulan jangkrik jantan butuh kehangatan
yang merayu si betina bertubuh aduhai dibawah payung mendung
Menjejalkan kenangan bersimbah nilai-nilai kebimbangan
Mengotori tenggorokan lalu lintas
udara dingin penyegar pengap kesepian


Hey, congkak apa memang seperti itu tingkah waktu melenggang begitu saja tanpa menyapa
Tak apalah,
ada Samsoe bersanding cangkir berdedak kopi dimeja belajar
yang lebih lezat dari seporsi
nasi telur; lezatnya sudah tadi
ketika perut bermusik seadanya
nasi telur yang kulahap tadi kini hanya bisa pasrah menjadi telurku diritual pagi hari


(23 November 2009)

Minggu, 22 Agustus 2010

Aku dan Waktu

Aku dan waktu saling pacu


Siapa lambat akan terlambat
Siapa cepat akan terhormat


Tapi pernahkah waktu lambat ataupun cepat ?


Ah, aku tak mau terlambat ataupun terhormat
Kalau terlambat, kubur tercepat melumat sempat
Kalau terhormat, takabur tercekat menjerat kuat


aku dan waktu seharusnya bukan musuh yang saling membunuh,
bukan pula lawan yang saling mengalahkan


Aku dan waktu seharusnya menyatu
Seperti rokok dan api yang saling menghidupi