Selasa, 08 Februari 2011

Tepi ke Tepi

Tepi hari ke tepi hari
Saat rokok dan kopi hampir selalu hadir
membawakan hidangan kesepian yang bukan pesanan
pertama fantasi, lalu anestesi


Lamunan yang kelaparan melahap hidangan yang disajikan
membuat kesadaran kesakitan, dipaksa menelan misteri mengeri
tak tahan, ikut tertelan
tercerna, tersisa sari-sari
menyatu dengan darah putih, mengalir di alir bulir kemurungan
keadaan berulang, selalu bermuara kekosongan
mencoba aliran lain, memutar, semakin kesasar
tak ada jalan keluar, hanya berputar-putar
sia-sia, tanya berjawab tanya


Tepi hari ke tepi hari
semakin ke tepi semakin sepi
benang merah sudah terlanjur basah
memerah ke sembarang arah, semakin sulit ditelaah
coba-coba mengurai, bukannya terurai, malah tercerai berai
coba diruntut semakin kusut
sama
sia-sia, tanya berjawab tanya


(2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar