Jumat, 14 Januari 2011

Mengisi Waktu Luang

Pada hari senin di bulan Agustus tahun 2009 ketika puasa baru memasuki hari ketiga, saya menjenguk seorang teman yang sedang sakit di Rumah Sakit yang sedang sakit asma. Tiba-tiba ada kalimat tanya yang tanpa saya sadari melintas begitu saja waktu itu

”Apakah saya ini seperti orang sakit di rumah sakit ?”
Apa yang saya lakukan hanya itu-itu saja, tertata rapi dan teratur. Kenapa itu terjadi? Apakah setiap hidup orang memang selalu demikian ?

Kenapa tidak seperti seorang teman yang dulu ketika sakit
di rumah sakit keluar dari keteraturan yaitu dengan keluar dari kamar dan merokok sambil ngopi di luar kamarnya, meski harus mencuri-curi waktu agar tidak ketahuan dokter maupun perawat.

Kejadian yang sama-sama di rumah sakit namun apa yang dilakukan untuk mengisi waktu luang berbeda. Mungkin saya masih sama seperti mereka yang sakit dan mengisi waktu luang dengan hal-hal umum yang sering dilakukan. Saya lebih banyak mengisi waktu luang di siang hari dengan kuliah, malam tidur. Benar-benar hal yang umum, teratur, liniear dan begitu-begitu saja. Sedangkan saya juga belum tahu apa sebenarnya tujuan saya kuliah, apa yang saya dapatkan dari kuliah, padahal masih kuliah.

Urutan pertama yang bisa masuk nalar saya adalah
Apa yang mesti saya lakukan untuk mengisi waktu luang ? Kuliah salah satu jawabnya. Salah satu konsekuensi dari kuliah adalah belajar. Konsekuensi belajar adalah dapat ilmu, Konsekuensi punya ilmu adalah dapat mengejarkan sesuatu dengan lebih baik, konsekuensi dapat mengerjakan dengan baik adalah dapat mengerjakan ujian dengan benar. Konsekuensi dapat mengerjakan soal ujian dengan benar adalah dapat nilai bagus, konsekuensi dapat nilai bagus adalah (Ah panjang juga ternyata sampai disitu belum habis juga), Ya, semua yang dilakukan adalah hanya sekedar untuk mengisi waktu luang saja sambil menunggu ajal menjemput. Semua yang dilakukan mempunyai konsekuensi sendiri-sendiri, baik konsekuensi itu positif maupun negatif. Saya tidak akan bisa terlepas dari semua itu, meski hanya tidur juga akan mendapatkan konsekuensi dari tidur tersebut. Yang penting sadar apa yang dilakukan, tahu segala konsekunsi dari apa yang dilakukan, meski hanya tidur.

Saya sadar apa yang saya lakukan tidak akan terlepas dari hukum sebab akibat. Meski begitu saya juga tidak ingin menjadi seperti burung dalam sangkar, yang taunya ada yang akan menyediakan makanan tanpa harus berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan makan itu, tanpa harus mencari sendiri makanan di alam, dan hanya bisa menungu makanan diantarkan. Tapi kalau seperti itu, jika tidak ada yang memberikan makanan bisa mati kelaparan tanpa bisa berbuat apa-apa, palingan juga cuma bisa berteriak-teriak saja, syukur kalau ada yang dengar, kalau tidak bisa benar-benar mati kelaparan. Lebih baik hidup di alam bebas, bisa mencari makan sendiri meski di luar sangkar bahayanya sangat banyak, namun paling tidak bisa hidup sesuai dengan keinginan, terbang bebas dan tidak ada yang memerintah dan bukan hanya sebagai penyejuk pandangan orang-orang sialan. Di luar sangkar, bisa menikmati petualangan, tentu saja dengan segala konsekuensinya. Keputusan untuk tidak mengambil konsekuensi dan atau risiko berarti memilih untuk tidak dapat apa-apa dan mungkin sama artinya dengan bunuh diri perlahan, namun bunuh diri juga pasti juga ada konsekuensinya. Keputusan itu penting, tapi yang lebih penting yaitu bagaimana bisa setia pada keputusan dengan segala konsekuensinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar