Minggu, 16 Januari 2011

Obrolan Setelah Buka Buasa

Hari senin tanggal 12 September 2009 sesaat setelah berbuka puasa bersama teman- teman dan seorang dosen, kami berbincang-bincang. Tanpa saya sadari, saya bertanya sesuatu yang mungkin ini pertanyaan bodoh yang tidak perlu ditanyakan, tapi itu menurut kalian dan mereka, tetapi bagi saya ini pertanyaan penting yang akan bisa membawa saya dalam pengelolaan diri yang lebih baik. Saya bertanya,”Pak,dulu motivasi Anda kuliah apa?”. Dengan entengnya dia menjawab,”Lha yo tekno dho kuliah makane aku yo kuliah (karena semua kuliah maka saya kuliah juga)”. Saya pikir jika seorang dosen pun demikian artinya sama seperti saya, berarti masih banyak lagi yang kuliah hanya karena memang keadaan yang menuntut kita harus kuliah. Kemudian dosen itu meneruskan jawabannya,” memang sewaktu pertama kali kuliah, aku kuliah hanya karena itu, namun aku berpikir kembali, masa’ dosen hanya cukup dengan cuma S1 saja. Lalu aku memutuskan untuk kuliah, tapi tidak di jogja, nggak enak karena dosennya disana itu temen-temenku juga jadi aku harus kuliah di Jakarta atau di luar negeri. ...”.

Hingga akhirnya dia berkata
,” Mas, ilmu seperti yang kamu pelajari di ruang kuliah itu bisa dipelajari sendiri di rumah, namun ada yang lebih penting untuk bekal hidup kita yaitu Experience. Banyak yang tidak dituliskan dalam bentuk teori, namun Experience tidak cukup dengan teori dan mengerjakan soal, bahkan ada hal-hal yang kadang-kadang tidak dituliskan dalam teori tapi dalam prakteknya kita menggunakan ataupun melakukan hal itu. Jadi menurutku ilmu itu penting tapi exsperience itu lebih penting. Hidup ini tidak cukup dengan hanya mengandalkan teori saja dan teori pun ada karena memang apa yang dituliskan dalam teori itu sudah ada hanya saja banyak yang tidak menyadari itu, dan hanya sedikit saja yang menyadari itu. Nilai itu penting tapi jika kita kuliah dengan motivasi nilai, bermacam-macam cara akan ”dihalalkan” untuk mendapatkan nilai itu. Saya tidak setuju dengan pemberian PR dirumah karena PR itu hampir 90% mahasiswa akan menipu. Mereka hanya cop-pas (copy, paste) saja, tidak mengerjakan sendiri, Anda juga begitu kan?”. ”Hahahaha....memang pak, tidak bisa dipungkisr”, tandasku. ”Makanya itu aku tidak pernah memberikan PR (Pekerjaan Rumah dari buku latihan atau handout yang harus dikumpulkan) kepada kalian, percuma, karena esensi, substansi PR yang tidak benar-benar dipahami oleh mahasiswa, PR yang tujuan sebenarnya untuk membuat kalian itu berlatih, tetapi karena motivasi kalian itu mencari nilai maka kalian itu hanya cop-pas saja. Benar-benar percuma...”.

Ada sedikit obrolan lagi, kemudian bayar makanan yang ternyata dosen itu mengeluarkan uang 50ribuan, terima kasih pak Andriono E. Yuniarto. hehehe

Keteraturan dalam realita pandangan wajar pada umunya memang masih menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Keadaan seperti itu sulit untuk dihindari. mengalir di sungai sendiri menuju lautan yang menjadi tujuan utama semua orang berarti harus siap untuk di cap buruk banyak nafas manusia. Mengalir di sungai sendiri bisa dikatakan pemberontakan terhadap nilai-nilai umum masyarakat. Resiko yang dihadapi begitu besar. Tetapi jika bisa keluar dari aliranl tersebut, bisa diartikan kemerdekaan hidup benar-benar dapat dicapai. Apalagi jika kita bisa sampai lautan tadi. Kepuasan yang dirasakan dari sebuah kesuksesan akan jauh lebih besar daripada hanya mengikuti aliran sungai yang itu-itu saja. Cap buruk dari pandangan umum akan berubah menjadi penghargaan yang begitu besar dari mereka yang men-cap buruk tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar