Minggu, 11 September 2011

Tuhan dan Rokok

Kita duduk berdua di latar langgar, 
menanti gerimis menipis, 
menikmati rokok punya sendiri.


“Aku mau shalat dulu.” Kataku, membiarkan bara.
“Kau masih juga menyembah Tuhan bahan debat, kenapa ?” tanyamu heran.


Sebentar aku terdiam. Memanjat doa berharap pembenar. Tidak terkabul. 
Hanya tanya mendatangiku. Tertuju padamu,”Kenapa kau merokok ?”


Ada benci menyusup lewat celah tanya. Tatap tajam muncul dari empat mata. Dua lawan dua. Seimbang. 


Kata-kata beradu benar. Tak ada mau salah biar sehuruf. Jalan tengah buntu. Kata-kata terhenti. Kita diam dalam bimbang. Terbahak. Lalu teriak,”Aku tak tahu. Aku suka. Sudah begitu saja.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar