Rabu, 07 September 2011

Perkasa

Ada yang mengamuk berebut sebut perkasa.

Tokoh pertama : Kami, manusia, paling perkasa.
Tak kau lihatkah sekali ini, kami mampu membunuh berpuluh sebangsamu sekali semprot ?

Tokoh kedua : Kami, nyamuk, paling perkasa.
Memang lebih sedikit yang bisa kami bunuh dari sebangsamu. Bahkan mungkin seribu sebangsaku belum mampu membunuh satu dari bangsamu. Namun dari yang sedikit itu, kami selipkan kepedihan bagi sebangsamu yang masih hidup. Kepedihan yang hanya bisa dihilangkan oleh kematian dari yang merasakannya. Masihkah akan kau sebut manusia paling perkasa ?

Kedua tokoh masih mengamuk.

Tokoh pertama, manusia, sebagian sibuk membuat obat pembasmi nyamuk paling mustajab. Sebagian sibuk membuat obat pengusir nyamuk paling mujarab. Sebagian sibuk membasmi nyamuk dengan obat yang dibuat. Sebagian sibuk mengolesi tubuh dengan obat pengusir nyamuk. Sebagian sibuk menggunakan tangan untuk menyablek nyamuk. Sebagian sibuk membersihkan tempat reproduksi nyamuk. Sebagian sibuk meratap. Sebagian sibuk tidur lelap. Sebagian lagi tak peduli.

Tokoh kedua, nyamuk, sebagian sibuk bereproduksi. Sebagian sibuk menyerbu. Sebagian sibuk bersembunyi. Sebagian lagi tak peduli.

Sebagian dari kedua tokoh masih mengamuk.

Sebagian tokoh pertama berkoar ;
Kepada sebangsanya : Kan kau lihat sebangsaku, nyamuk-nyamuk berguguran.
Kepada bangsa nyamuk : Takkah kau lihat itu wahai bangsa nyamuk ? Semakin banyak dari bangsamu yang mati, mati terkena obat pembasmi kami, mati tak bisa menghisap darah kami, mati di tangan kami, mati berebut tempat reproduksi sesamamu.

Sebagian tokoh kedua berkoar ;
Kepada sebangsanya : Kan kau lihat sebangsaku, manusia-manusia itu menjadi lebih sibuk, lebih tak peduli lagi pada sebangsanya dan pada dirinya sendiri.
Kepada bangsa manusia : Banyak dari kami yang mati, memang. Takkah kau lihat juga obat pembasmi yang kau tujukan untuk kami juga membunuh sebagian dari kalian wahai bangsa manusia ? Mati terkena obat bikinan sendiri, mati bunuh diri, tidakkah lebih pedih ?

Sebagian dari sebagian kedua tokoh masih melanjutkan amukannya. Tak lagi peduli siapa atau apa mati. Yang penting ada yang mati. Demi sebut perkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar